Mengenal Suku Hulontalo, Penduduk Asli Gorontalo

Suku Gorontalo juga berada  di provinsi Sulawesi Utara dan Tengah. Jumlah penduduk suku Gorontalo diperkirakan lebih dari 1,2 juta jiwa menurut Penduduk tahun 2010.

Orang Gorontalo sendiri terkadang menyebut dirinya Hontontalo. Kata Hulontalo sendiri sangat populer di daerah Gorontalo dan Sulawesi Utara, yang sering digunakan untuk menyebut daerah Gorontalo atau orang Gorontalo.

Masyarakat Gorontalo juga memiliki sistem hubungan kekeluargaan yang disebut Pohala’a. Sistem ini merupakan warisan dari pemerintahan pra-Gorontalo.

Ada lima bangau Gorontalo, yaitu Gorontalo, Limboto, Suwawa, Bualemo, dan Atinggola, di antaranya bangau Gorontalo yang paling menonjol.

Asal usul suku Gorontalo tidak banyak diketahui. Dilihat dari struktur sosial masyarakat Gorontalo, ras Gorontalo adalah ras Mongoloid, yaitu mungkin dari beberapa abad terakhir telah terjadi percampuran ras dengan bangsa lain.

Sehingga suku Gorontalo kini memiliki tubuh yang beraneka ragam. Warna kulit bervariasi dari kuning ke coklat tua. Rambut juga bervariasi, dari rambut lurus, ikal dan ikal.

Ada dua teori tentang migrasi orang ke Asia Tenggara, teori pertama menyatakan bahwa orang Asia Tenggara awalnya berasal dari timur, dan menetap di Sulawesi. Sebagaimana teori kedua menjelaskan tentang migrasi penduduk dari Taiwan, ke Filipina, dan ke Sulawesi.

Diperkirakan situs Gorontalo didirikan 400 tahun yang lalu. Gorontalo adalah salah satu tempat penyebaran Islam di timur Indonesia kecuali Ternate dan Bone. Islam diperkirakan masuk ke Gorontalo pada tahun 1525, pada masa pemerintahan Raja Amay.

Dengan masuknya Islam, Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan di bagian utara Sulawesi. Kota Kerajaan Gorontalo awalnya dimulai di desa Hulawa di tepi Sungai Bolango. Sebelum bangsa Eropa datang, dinasti Gorontalo telah menganut sistem kekeluargaan, sebuah fenomena yang masih ada sampai sekarang.

Pada masa Hindia Belanda, orang Gorontalo mulai merantau ke daerah Gorontalo, baik sejak abad ke-18 M, ketika orang Gorontalo merantau ke tempat-tempat seperti Ternate, Ambon, Buol, Banggai dan Minahasa karena keinginan mereka. menghindari administrasi.. kerja paksa yang digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda Gorontalo pada waktu itu.

Dukung Budaya Kerja Sama

Suku bangsa Gorontalo merupakan bangsa dengan status sosial yang tinggi, sehingga tidak terjadi konflik di antara mereka. Orang Gorontalo memelihara sistem manajemen hubungan yang sangat erat, seperti yang ditunjukkan dalam manajemen keluarga afiliasi.

Adat gotong royong atau huyula dilestarikan dalam kehidupan masyarakat ini, dan setiap masalah akan diselesaikan dengan cara yang bijaksana.

Masyarakat Gorontalo memiliki falsafah hidup yaitu Batanga Pomaya, Life Podungalo, Harata Potom Bulu yang artinya “Badan pelindung negara, setia sampai akhir, harta karun untuk kepentingan umum” dan hampir tumbang. ta fall loloiya, boodila polucia hi lao, yang artinya “pemimpin penuh otoritas, tetapi tidak memprotes”.

Orang Gorontalo berbicara dengan bahasa Gorontalo. Selain bahasa daerah, ada beberapa bahasa lain yang serupa, yang oleh para ahli bahasa dianggap sebagai bahasa daerah, yaitu Sesuwawa, Atinggola, Limboto, Kwandang, Tilamuta, dan Sumawata.

Bahasa Gorontalo menjadi bahasa yang paling banyak digunakan karena pengaruh Pemerintah Gorontalo yang pernah berdiri di daerah tersebut. Bahasa Atinggola dituturkan oleh masyarakat Atinggola di pesisir utara Gorontalo.

Bahasa Gorontalo sendiri sangat mirip dengan bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak dituturkan oleh masyarakat Gorontalo. Dari segi kebahasaan, bahasa Gorontalo memiliki keterkaitan kebahasaan dan kebahasaan di Sulawesi Utara dan Filipina.

Bahasa Gorontalo dan juga bahasa Mongondow termasuk ke dalam rumpun bahasa Gorontalo-Mongondow yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Filipina. Bahasa Glonton berkaitan erat dengan bahasa Filipina, terutama bahasa Tagalog, Ceb, Hiligaynon, Bikol dan Waray-waray.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *