25 Rumah Adat Suku – Suku Yang Ada di Indonesia

Indonesia kaya akan budaya, suku, suku dan agama. Selain itu, di Indonesia Ada juga rumah leluhur yang berbeda di setiap provinsi.

Berbagai rumah adat di provinsi ini juga memiliki keunikan, fungsi dan ciri khasnya masing-masing. Keberagaman inilah yang membuat Indonesia menjadi negara yang kuat.

25 rumah adat provinsi di Indonesia

Penasaran dengan bentuk rumah adat di setiap provinsi di Indonesia? Jika iya, simak daftar rumah adat berikut ini:

1. Rumah adat Riau: Air Terjun Selaso Kembar

Rumah ini adalah rumah dengan dua aula. Orang-orang Rio tidak menganggap Rumah Kembar Air Terjun Celso sebagai tempat tinggal mereka dan menggunakannya hanya untuk acara-acara tradisional.

Rumah adat lainnya yaitu Rumah Melayu Atap Potong Limas, Rumah Melayu Atap Lipat Kajang, Rumah Melayu Atap Lontik dan Uma Suku Sukai

Air Terjun Selaso Rumah tradisional Kember adalah kediaman resmi Provinsi Rivu, biasa disebut sebagai rumah, karena sebagian besar penduduk Rio adalah orang Melayu.

Tapi selain itu ada sebuah rumah bernama Uma di suku Zakai. Meskipun terdapat beberapa rumah adat di wilayah Riau, namun rumah adat tersebut memiliki beberapa kesamaan.

Biasanya rumah adat di Rio menghadap ke sungai. Hal ini dikarenakan masyarakat adat Yathriya menggunakan sungai sebagai alat transportasi. Tak heran, desa masyarakat Rio ini terletak di dekat Sungai Siak.

Dalam bahasa Melayu, Selasa dikenal sebagai Celso. Air Terjun Selaso Kembar berarti sebuah rumah dengan dua aula (selaso, salaso) di bawah ruang tamu.

memiliki aula melingkar dan lantainya lebih kecil dari ruang tamu. Oleh karena itu, rumah adat tersebut dinamakan Air Terjun Selaso Kembar.

Gaya arsitektur dan ukiran bangunan memiliki pengaruh besar pada gaya Hindu-Budha sejak zaman kuno. Gaya ini berubah karena orang Melayu umumnya beragama Islam. Sehingga dikhawatirkan pola animal (binatang) akan mengarah pada hal-hal yang berbau “berhala”.

2. Rumah adat Sumatera Utara: Bologna

Rumah adat Bolon ini memiliki dua bagian yang berbeda, yaitu Jabu Bolon dan Jabu Parsakitan. Jabu Bolon biasanya menjadi tempat berkumpulnya keluarga besar, dan Jabu Parsakitan menjadi tempat pembahasan isu-isu adat.

Keistimewaan rumah adat Sumatera Utara ini adalah tidak adanya sekat antar ruangan. Dengan demikian, semua anggota keluarga tidur bersama dalam satu ruangan besar.

Sama halnya dengan rumah adat di Indonesia, rumah adat di Bologna juga ada yang berbentuk panggung. Bagian atas digunakan sebagai hunian dengan kamar-kamar. Tempat tidur dibuat sedikit lebih tinggi dari dapur.

Secara definisi, Bologna berarti Rumo Ache, rumah adat masyarakat Ache Besar. Rumah Bologna berarti rumah besar karena ukurannya agak besar.

Arsitek Rumah Bolon adalah arsitek lama Simalungun. Rumah adat Bologna ini juga menjadi simbol status sosial masyarakat Batak yang tinggal di Sumatera Utara.

Pada masa lalu, rumah adat Bologna dihuni oleh raja-raja Sumatera Utara. Rumah Bologna memiliki sekitar 13 kerajaan yang bergiliran.

Tuan Ranjinman, Tuan Nagaraja, Tuan Bathiran, Tuan Bakkaraja dan Tuan Baringin adalah rajanya. Kemudian Bp Bonabatu, Bp Rajaulan, Bp Atayan, Bp Hormabulan, Bp Rondop, Bp Rahalim, Bp Karel Tanjun dan Bpk Mogang.

bentuk rumah adat Bolon pada umumnya tidak jauh berbeda dengan rumah adat masyarakat Batak lainnya. Perbedaannya terletak pada tiang penyangga yang terbuat dari kayu bulat (basika). Tiang-tiang tersebut memiliki tanduk kerbau di atap rumah.

Setiap struktur bangunan dan dekorasi yang ditemukan di rumah Bologna mengandung beberapa makna simbolis. Dimana kepercayaan dan adat istiadat mereka terkait.

3. Rumah adat Sumatera Barat: Gadang

Rumah tradisional ini terlihat mewah bukan? Berasal dari Sumatera Barat, rumah ini memiliki beberapa atap yang ditinggikan.

Rumah Adat Gadang Terbuat dari ijuk dan berbentuk seperti tanduk kerbau, melambangkan kemenangan suku Minang dalam perlombaan adu kerbau di Jawa.

Rumah Gadang merupakan rumah adat suku Minangkabau. Arsitektur bangunan ini dijelaskan dalam buku “Arsitektur Tradisional Ruma Gadan Minankabau”. Rumah Menara Merupakan peninggalan tertulis yang menjadi ciri khas kebesaran budaya Minangkabau kuno.

Arsitektur Pribumi Rumah Gadang merupakan arsitektur yang lahir dan besar dalam masyarakat etnik dan tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang berlabuh pada tradisi etnik.

Dengan kata lain, bangunan Rumah Gadang merupakan bangunan yang lahir pada masyarakat Minangkabau dan sebenarnya berlabuh pada budaya masyarakat Minangkabau itu sendiri.

rumah ini memiliki ciri atau keunikan yang membedakannya dengan rumah adat dari suku-suku lain di Indonesia. Berikut keunikan Rumah Gadan:

  1. Rumah ini dibangun menggunakan pohon juha yang kuat dan kokoh. Hal ini menyesuaikan dengan lingkungan alam Sumatera Barat yang rawan gempa
  2. Atap rumah terbuat dari pelepah kelapa yang melengkung ke atas dan dinding rumah terbuat dari anyaman bambu.
  3. ukiran desain seperti daun, bunga, buah-buahan dan tanaman untuk gudang. Diukir sesuai dengan adat daerah.
  4. Kamar dibuat sesuai dengan jumlah wanita yang tinggal di rumah. Setiap wanita di klan yang sudah memiliki suami akan mendapatkan kamar.
  5. Bentuk atap rumah Gadang seperti tanduk kerbau sering dikaitkan dengan Tambo Alam Minankabau.

4. Rumah Adat Provinsi Ache: Kron Barde

Rumah Krong Bade dari Aceh berbentuk bujur sangkar seperti persegi panjang dari timur ke barat. Ada tangga di depan rumah untuk masuk ke dalam rumah. Biasanya, di tangga Rumah Tradisional Sakit Angka ini ganjil, yaitu langkah 7 sampai 9.

Bahan dasar bangunan Rumah Krong Bade berasal dari alam. Azinis tidak menggunakan paku saat membangun rumah.Sebagai gantinya, mereka menggunakan tali untuk mengikat dan menyatukan bahan bangunan.

Lukisan dinding rumah adat ini terbuat dari kayu palem dan atapnya dari jerami. Ukiran di Rumah Krong Bade bervariasi sesuai dengan status ekonomi pemiliknya. Semakin banyak jumlah ukiran di dinding rumah, semakin makmur perekonomiannya

Alokasi ruang di rumah Krone Bed

Rumah Krong Bade terbagi menjadi empat bagian dengan fungsi yang berbeda.

1. Ruang bawah tanah

Ruang bawah juga digunakan sebagai kegiatan pembuatan kain aceh untuk wanita. Proses penjualan kain juga dilakukan di basement.

2. Ruang depan

Tidak ada kamar di ruang tamu. Ruang ini digunakan oleh anggota keluarga sebagai tempat bersantai, melepas lelah, dan tempat belajar anak.

Ruang depan juga digunakan untuk menerima tamu.

3. Ruang tengah

Ruang tamu hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga, jadi tamu tidak diperbolehkan berada di kamar ini. Tentu saja, tidak semua anggota keluarga diperbolehkan masuk.

5. Rumah adat Kepulauan Riau: Rumah Atap Potong Limas

Nampak Kesederhanaan pada Rumah adat dari Kepulauan Riau ini . Bentuk rumah di atas tiang-tiang memanjang di belakang dinding kayu yang disusun secara vertikal.

Atap rumah adat Limascut terdiri dari lima atap dengan menggunakan wastafel berwarna merah.

Nama rumah adat ini berasal dari bentuk atapnya yang menyerupai piramida berukir. Pembantaian Limas di Kepulauan Riau masih ada dan berlanjut hingga saat ini.

Selain mempengaruhi ukuran, lebar, atau lebar potongan limac tradisional, kemampuan pemilik rumah juga akan mempengaruhi estetika yang digunakan. Semakin kaya pemiliknya, semakin banyak dekorasi yang ada.

Sebagai rumah tiang, potongan limas berada 1,5 m di atas tanah. Biasanya, rumah tradisional ini terdiri dari lima bagian utama: teras, ruang depan, ruang tamu, ruang belakang, dan dapur.

Dinding rumah adat, atap potongan limas, terbuat dari kayu cokelat. Atapnya terbuat dari seng dan dicat merah. Kusen pintu, jendela dan paviliun Limas Cut dicat putih.

Luncurkan dari situs Pusat Media Pemerintah Kota Batam, Rumah Potong Limas adalah bagian dari akar budaya Melayu dan harus dilestarikan. Di dalamnya juga terkandung simbol-simbol rumah adat dan nilai kearifan budaya yang begitu tinggi pada saat itu.

Untuk melestarikannya, Rumah Potong Limas telah ditetapkan sebagai Situs Budaya Melayu dan masih digunakan sebagai tempat wisata dan pendidikan dengan tetap menjaga nilai sejarahnya.

6. Rumah Adat di Provinsi Benkulu: Bubungan Lima

Rumah adat di Bengkulu ini memiliki teralis dan kayu khusus yang digunakan untuk membuatnya yaitu kayu Madan Kemuning. Tangga di bagian depan rumah juga harus digunakan untuk memasuki rumah ini.

Seperti rumah adat di Rio, masyarakat Bengkulu menggunakan rumah ini hanya untuk upacara adat dan bukan sebagai tempat tinggal.

Rumah Bubungan Lima dirancang untuk melindungi penghuninya dari banjir dan satwa liar. Selain itu, digunakan untuk menyimpan gerobak, hasil panen, alat pertanian, kayu bakar dan kandang hewan di bawah rumah tradisional.

Kayu yang biasa digunakan untuk membuat rumah Bubungan Lima adalah kayu bidang kuning. Itu tidak terbuat dari paku tetapi dari tongkat kayu. Lantainya dilapisi dengan papan dan papan, daun palem dan atap matahari (sirap).

Bagian-bagian dan fungsi rumah adat adalah:

Beranda adalah tempat penyambutan, yaitu tamu biasa, kenalan, anak muda lainnya, tamu atau tamu yang baru datang. Ada meja, kursi, dan bangku panjang di beranda.

Beranda bisa dengan rel, palang atau rel teras dan tangga. Sebelum menaiki beranda, Anda akan menemukan beranda anak berukuran 1,5 x 1,2 meter.  Juga sebagai tempat sandal, terdapat beranda yang luas di depan rumah. Tapi juga di dekat rumah. Hal atau Dial adalah ruang tamu seorang lelaki tua terhormat dan ukurannya juga luas.

Kotak ini juga memiliki meja dan kursi, dan di sudut adalah tempat tidur untuk anak tunggal (pemuda) dan dekorasi untuk rumah warisan. Ruang tamu adalah ruang tamu bagi wanita. Terletak di sebuah ruangan besar (kamar tidur ayah dan ibu).

Ruangan tersebut merupakan tempat duduk untuk tamu wanita atau ibu-ibu. Biasanya tidak ada kursi, hanya duduk di atas tikar, dengan sirih pinang di depannya. Kabin atau kamar tidurnya cukup besar. Selain menjadi tempat tidur untuk ayah dan ibu, di dalam ada lemari, koper untuk menyimpan pakaian, dan barang antik.

Ketika anak perempuan sudah remaja atau perempuan, biasanya ayah dan ibunya menyuruh anak perempuannya tidur di kamar tengah. Sebelum gadis itu bangun, kedua ibu itu pergi tidur di kamar belakang bersama anak-anak.

7 . Rumah adat DKI Jakarta: Rumah Kebaya

Rumah Kebaya di DKI Jakarta memiliki gaya khas Betawi. Atap rumah ini menyerupai pelana melengkung dan memiliki pola unik seperti kebab. Rumah Kebaya memiliki teras yang luas yang menjadi tempat keluarga bersantai dan menyambut tamu.

Gaya arsitektur atau arsitektur rumah adat Betawi memiliki ciri khas yang membedakannya dengan rumah adat daerah lain.

Nama Rumah Kebaya berasal dari fakta bahwa sisi atap rumah terlihat seperti tikungan Kebaya. Selain dikenal sebagai Rumah Kebaya, bangunan tradisional ini juga dikenal dengan Rumah Bapang. Atap rumah Kebaya berbentuk seperti sadel bengkok dengan bahan atap genteng. Pondasi bangunan dibuat menggunakan komposisi batu kali yang menopang tiang-tiang rumah.

Selain tampilan asli rumah Kebaya, ada dua jenis rumah adat Betawi yang memadukan budaya asing yaitu:

  1. Rumah Gudang :  konon telah mempengaruhi bentuk arsitektur Belanda pada struktur atap rumah yang rumit berbentuk kuda. Ada bagian depan, dan ada atap miring yang berfungsi sebagai penahan sinar matahari dan hujan untuk ruang depan yang selalu terbuka. Bentuk ruang interior gudang adalah persegi panjang memanjang dari depan ke belakang.
  2. Rumah Joglo : Selain pengaruh Belanda, ada juga model rumah tradisional Beta yang dipengaruhi budaya Jawa. Bentuk rumah joglo yang umum di pulau jawa juga terdapat pada beberapa rumah adat betawi. Bedanya, Joglo bergaya Betawi ini tidak menampilkan menara induk secara jelas, seperti yang biasa terlihat di berbagai rumah adat dari Jawa.

8. Rumah Adat Provinsi Lampung: Rumah Nuwo Sesat

Rumah adat di Provinsi Lampung bernama Nuwo Sesat. Ciri khas dari rumah ini adalah bentuk panggung dan ornamen unik pada sisi-sisinya. Ukuran rumah ini biasanya sangat besar tetapi banyak orang saat ini membuat Rumah Nuwo Sesat lebih kecil.

Namun, rumah ini tidak dibangun sebagai tempat tinggal. Seperti rumah tradisional lainnya, Nuvo Sesath House dibangun khusus untuk acara dan diskusi tradisional. Kamar di Nuwo Sesat sepanjang bangsal. Itulah yang disebut beberapa orang sebagai lubang panjang.

Rumah Nu Sesath umumnya digunakan sebagai tempat diskusi suku. Kalau mau ke rumah Nuwo Sesat harus melalui Jumbo Agun atau Lorong Agung. Jambath Agung atau Lorong Agung adalah nama tangga menuju rumah Nuo Sesath.

Di puncak Lorong Agung terdapat tiga jenis payung berwarna:

  1. Putih untuk level klan
  2. Kuning di tingkat desa
  3. Merah untuk tingkat suku.

9. Rumah adat Jawa Barat : Rumah Kasepuhan

Rumat adat di Jawa Barat merupakan peninggalan Kerajaan Islam di wilayah tersebut. Sering disebut sebagai Istana Kasepuhan, rumah ini sebenarnya merupakan perpanjangan dari Istana Pakungwati. Tak heran jika pintu utama keraton terlihat unik dan menarik.

tata letak rumah Kasepuhan :

  1. Masuk dan keluar dari pintu masuk utama istana.
  2. Gedung Pancharatne adalah tempat para pejabat desa menderita atau menderita.
  3. Gedung Pangravit merupakan tempat para prajurit berlatih, beristirahat dan mengadili.
  4. Kompleks Siti Inggil terletak di halaman depan keraton dan berfungsi sebagai tempat duduk para pengawal raja.
  5. Langgar Agung terletak di pelataran kedua keraton, yang fungsinya untuk memuja keluarga dan kerabat.
  6. Bangunan utama keraton difungsikan sebagai tempat kegiatan Sultan.

Selain kentalnya nilai sejarah, Rumah Kasepuhan juga memiliki banyak makna. Misalnya, penggunaan 20 tiang penyangga pada bangunan Rumah Kasepuhan untuk melambangkan sifat ketuhanan.

10. Rumah adat Banka Belitung: Rumah Rakit

Karena Bangka Belitung terendam atau memiliki banyak pantai, penduduk setempat harus beradaptasi, membangun rumah di atas air dan juga menyebutnya Rumah Rakit.

Bentuk rumah adat di Provinsi Banka Belitung sangat unik karena merupakan perpaduan antara rumah Melayu dengan aksen arsitektur Cina. Rumah rakit terbuat dari kayu trombon, tongkat besar dan kecil, bambu dan alang-alang, sehingga mudah mengapung di atas air.

Kasau terbuat dari bambu atau batang kayu yang diikat dengan tongkat dan mengapung sehingga rumah tidak muat. Dengan Rumah Rakit terdapat jembatan yang menghubungkannya dengan daratan. Gubuk juga bisa diikat agar tidak hanyut ke sungai.

Rumah rakit tradisional Bangka Belitung biasanya merupakan rumah Melayu, terdiri dari tiga bagian: selasar, ruang utama atau rumah induk dan dapur. Meski mengambang di atas sungai, Rumah Rakit masih memiliki lobi atau teras terbuka di depan rumah penyambutan.

Rumah Parala juga memiliki rumah induk yang menjadi pusat aktivitas utama rumah tersebut. Rumah induk terdiri dari berbagai ruangan dan ruangan, biasanya dilapisi tikar ayam Bangka Belitung.

Sebelum memasuki dapur dari ruang utama, terdapat ruang penghubung yang disebut los, yang menetralisir aktivitas di dapur sebelum memasuki ruang utama. Yang terakhir adalah bagian dari dapur tempat memasak dan peralatan disimpan.

11. Rumah adat Banten: Rumah Baduy

Rumah adat di Banten ini merupakan rumah bagi suku Baduy, salah satu suku asli di wilayah tersebut. Rumah biasanya terbuat dari bambu dan pelepah sawit.

Suku Baduy juga memiliki kebijakan keluarga yang sangat kuat. Hal ini mendorong mereka untuk membangun rumah secara gotong royong sebagai tempat tinggal.

Rumah adat suku Baduy disebut Sula Nyanda. Istilah rumah ini mengacu pada bagian atap rumah yang sangat lurus. Bangunan apartemen tradisional Baduy terkesan sederhana namun kaya akan filosofi. Bahan yang dibutuhkan untuk membangun rumah ini antara lain kayu, bambu, ijuk, rotan dan daun sagu.

Warga Baduy dilarang menggunakan paku besi untuk memperkuat rumahnya. Sebaliknya mereka menggunakan kulit kayu atau akar pohon atau tongkat kayu. Rumah ini juga tidak perlu dicat dan diberi berbagai variasi untuk menjaga kealamiannya. Meski menggunakan bahan sederhana, rumah adat Baduy ini bisa bertahan hingga ratusan tahun.

Untuk rumah di beberapa desa Baduy biasanya ditandai dengan bambu berbentuk lingkaran atau tanduk dan ijuk.

Tanda di bagian atas atap memiliki arti khusus. Rambu berbentuk bulat menandakan bahwa warga tidak pernah melanggar larangan ritual dan memberikan rasa damai.

Sedangkan tanda berbentuk tanduk menunjukkan bahwa penduduk telah berurusan dengan pengadilan adat atau melanggar larangan adat. Semua Baduy dibangun di atas tiang-tiang rumah adat karena sering terkena kondisi lingkungan setempat yang lembap dan lembap.

Dalam pembangunan rumah ini, warga Badui tidak menggali tanah untuk meratakannya, melainkan bentuk rumah mengikuti kontur tanah. Hal ini dilakukan karena ada hukum ritual yang melarang penduduk Badui merusak alam.

Ukuran rumah rata-rata kurang lebih sama, kurang lebih 9×12 m. Rumah ini hanya memiliki satu pintu dan tidak memiliki jendela.

12. Rumah Adat Zambi: Panggung

Rumah adat provinsi di Jambi ini merupakan desain tertua di kawasan tersebut dengan bentuk persegi panjang. Panggung Rumah adat terdiri dari tangga di depan rumah.

Atap rumah panggung yang berbentuk perahu dengan ujung melengkung ini sering disebut orang sebagai “gajah mabuk”. Umumnya rumah adat di Jambi digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat berdiskusi.

Arsitektur rumah Kajang Lako berbentuk persegi empat berukuran 9×12 meter persegi. Keunikan Rumah Kajang Lako terlihat pada struktur konstruksinya. Secara keseluruhan, rumah ini termasuk rumah dengan tiang-tiang yang diukir dengan indah.

Atap rumah Kajang Lako dikenal dengan sebutan “Gajah Mabuk”. Istilah tersebut berasal dari kisah seorang ibu rumah tangga yang jatuh cinta namun tidak mendapat restu.

Atap gajah mabuk itu melengkung seperti perahu. Lengkungan disebut “germba” atau “oven lipat” dan bagian atas disebut “kaso”. Saat di langit-langit ada pembatas: layar pencar. Pembatas ini berfungsi untuk mencegah kebocoran air saat hujan. Rumah Kajang Lako terdiri dari 24 menara utama dan 30 palamban 6 menara.

Rumah Lako Kajang ini memiliki beberapa ruangan. Kamar meliputi kamar Slow, Gaho, Masingin, Middle, Interior, Malintang dan Bowman.

13. Rumah adat Sumatera Selatan: Rumah Limas

Rumah adat ini memiliki bentuk yang sesuai dengan namanya dan menyerupai piramida. Pengunjung rumah harus tinggal di loteng atau di dekat teras. Ini adalah tradisi dimana masyarakat Sumatera Selatan bisa merasakan budayanya dan itu bisa dilihat dari ukiran yang ada di dalamnya.

Gaya rumah Limas dibuat dengan gaya rumah bergaya. Ukuran minimum rumah limusin adalah 15 x 30 m dan maksimum 20 x 60 m.

Pada umumnya setiap tahun Palembang dihiasi dengan ukiran yang berbeda-beda.Mereka biasanya dipasang pada tingkat dan bingkai, dan menggunakan ukiran tembus pandang yang berfungsi sebagai ventilasi di dinding atau di antara ruangan.

Rumah Limusin dibangun di atas tiang kayu tahan air. Kayu yang menyenangkan digunakan untuk bingkai. Kayu yang mengejutkan cukup langka dan tidak sengaja digunakan untuk bagian bawah, karena dalam budaya masyarakat dilarang memanjat dan menginjak punggung bukit yang antusias.

Khusus untuk dinding, jendela, pintu dan lantai digunakan kayu tempe yang memiliki keunggulan ekologis dan ekonomis. Dikutip dari situs Indonesia.go.id, Bangunan rumah piramida dibangun dari lantai. Kumpulan tingkatan tersebut oleh masyarakat disebut dengan Benkalis, yang memiliki arti tersendiri.

14. Rumah adat Jawa Tengah : Rumah Joglo

Anda mungkin pernah mendengar tentang rumah tradisional di Jawa Tengah yang sering disebut dengan Rumah Joglo ini. Biasanya ada pendopo di depan rumah untuk menjamu tamu.

Rumah adat Jawa Tengah ini memiliki empat menara. Selain itu, Anda juga bisa melihat sentuhan rahang suku Jawa di bagian samping rumah.

Rumah joglo biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu Pendapa (depan), Pringiton (tengah) dan Dalam (ruang utama).

Setiap bagian dari rumah joglo memiliki prinsip hierarki atau tingkatan struktur yang unik di dalam rumah.

Prinsipnya, bagian depan rumah memiliki karakter umum dan bagian belakang memiliki karakter khusus.

Oleh karena itu, akses ke belakang rumah dibatasi untuk individu tertentu.

Berikut adalah bagian-bagian dari rumah Joglo dan view-nya.

  • Pendapa

Letak bandul biasanya di depan, artinya orang Jawa memiliki sifat terbuka dan ramah. Selain itu, Pendapa memiliki fasilitas seperti alas duduk untuk tamu. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada kesenjangan antara tamu dan tuan rumah.

  • Prington

Setelah bandul, ada pringington atau bagian tengah yang terletak di antara bandul dan rumah bagian dalam. (rumah njero). Di bagian Pringgitan ini, merupakan aula yang biasa digunakan untuk akses.

Selain itu, balai tersebut digunakan untuk pertunjukan wayang kulit atau kesenian lainnya. Penampilan Pringiton seperti serambi segitiga yang menghadap ke tumpuan.

  • Dalem atau ruang utama

Ada kamar di bagian utama rumah Senthong. Senthong Ini hanya terdiri dari tiga kamar. Kamar pertama untuk pria dan kamar kedua untuk wanita.

Ruang ketiga dikosongkan karena harus menyimpan pusaka dan tempat pemujaan bagi Dewi atau tempat pemujaan. Ruangan kosong itu disebut Krobongan dan dianggap sebagai tempat paling suci di dalam rumah.

15. Rumah adat DI Yogyakarta: Joglo. rumah

Seperti Rumah Joglo di Jawa Tengah, rumah di DI Yogakarta ini memiliki empat menara, rumah induk dan dua bagian sebagai rumah tambahan. Bagian utama biasanya merupakan tempat utama seperti rumah dan berupa pendopo, teras dan sebagainya. Selama rumah tambahan, rumah utama berisi pelengkap.

Atap rumah adat di Bansal Kenkono memiliki bubungan tinggi yang menopang empat menara pusat yang disebut Soko Guru. Bahan atap terbuat dari sirap atau genteng. Dari segi tiang dan dinding, rumah adat ini terbuat dari kayu yang berkualitas.

Tiang-tiangnya, biasanya dicat hijau tua atau hitam, menopang kaki batu hitam dan emas. Sedangkan lantainya terbuat dari marmer dan granit serta dibuat lebih tinggi dari lantai sekitarnya. Bagian depan rumah berbentuk pendopo besar, biasanya digunakan untuk pertemuan.

Rumah adat di Kelurahan Kenkono memiliki beberapa bagian dan fungsi masing-masing berbeda. Berikut adalah bagian-bagian dari Rumah Adat Bangsal Kencono:

Bagian depan terletak di bagian depan. Bagian depan terdiri dari beberapa bagian yaitu :

  • Gladhag pangurakan, pintu masuk utama keraton.
  • Alun-Alun Lore yang terletak di sebelah utara keraton ini berfungsi sebagai tempat berbagai upacara.
  • Masjid besar yang berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam. Terletak di sisi barat Lore Square.

16. Rumah adat Jawa Timur : Rumah Joglo

Ini adalah ciri Rumah Joglo yang terdiri dari 4 teralis. Hal ini juga terlihat pada rumah adat di Jawa Timur. Ciri khas dari rumah Joglo ini adalah bentuk dan ukurannya yang unik serta memiliki nilai seni yang tinggi.

Umumnya joglo di kawasan ini tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal tetapi juga untuk menyimpan peninggalan sejarah.

Di sini Anda bisa belajar tentang nama-nama berbagai rumah adat Jawa Timur dan keunikannya, ciri-ciri dan aktivitasnya.

  • Rumah Adat Osing

Rumah adat ini merupakan bangunan khas yang didiami oleh suku Osing Banyuwangi. Struktur rumah adat Osing terdiri dari tiang utama atau menara, Tongo Topaz, Ander, Penglari, logo, Jait Doo, Jite Sandek dan Ubeg. Sedangkan struktur rumah adat Osing terdiri dari tiang utama atau menara, Tongo Topaz, Ander, Penglari, logo, Jait Doo, Jite Sandek dan Ubeg.

  • Rumah Adat Suku Tanger

Tinggal di lereng bukit yang sejuk, rumah adat suku Tanger ini menggunakan kayu dari hutan sekitar. Rumah adat suku Tanger memiliki empat menara utama yang disebut dengan cagak guru.Sedangkan atap rumah adat suku Tanger berbentuk atap desa, namun sebagian kecil juga menggunakan atap limas.

Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Oma Nagarep untuk penyambutan tamu atau mengadakan upacara adat, Oma Buri atau Pavon sebagai pusatnya atau Petron Oma untuk relaksasi dan dapur.

  • Rumah adat Dhurung

Durung sering kali berasal dari aplikasi sebuah bangunan berupa balai kecil yang dibangun di depan sebuah rumah. Berbeda dengan rumah adat lainnya di Jawa Timur, rumah adat suku Durung menggunakan alas gubuk.

Penggunaan rumah tradisional terpencil bukanlah tempat tinggal tetapi bangunan untuk bersosialisasi, bersantai atau melepas lelah setelah kembali dari sawah.

  • Rumah Joglo Jompongan dan Rumah Sinom Joglo

Ada banyak jenis bangunan Joglo, di antaranya Joglo Jompongan dan Joglo Sinom. Bangunan joglo biasanya terbuat dari kayu jati yang terkenal akan kekuatannya. Sedangkan ruangan di Joglo Jompongan dan Joglo Synom disebut Sentong Kiwa, Sentong Tengan dan Sentong Tenga.

Joglo Jompongan dan Sinode Joglo dikelilingi oleh teras-teras dengan pondasi yang lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya. Perbedaan antara Joglo Jompongan dan Joglo Synom adalah Joglo Jompongan memiliki gaya tradisional dan Joglo Synom lebih modern.

  • Rumah Adat Joglo Situbondo

Tidak jauh berbeda dengan Joglo lainnya, bahan yang paling umum digunakan adalah kayu jati. Ada gulungan naga atau ruang bawah tanah di bagian depan saat Anda memasuki joglo ini.

Bangunan ini terbagi menjadi beberapa ruang, seperti pendopo dan bagian utama rumah yang disebut Senthong. Ada juga divisi seperti Sentong Tengan untuk dapur dan gudang, Sentong Kiwa untuk tempat tidur dan Sentong Tenga untuk menyimpan pusaka atau barang berharga.

  • Rumah Adat Limasan Lambang Saree

Selain Joglo, rumah adat di Jawa Timur juga berbentuk limas. Salah satunya adalah Limban Lambang Sari, salah satu nama rumah adat di Jawa Timur.

Keistimewaan bangunan ini adalah konstruksi atapnya menggunakan balok penghubung.Kemudian keempat sisi atap tersebut dihubungkan oleh sebuah bubungan dan ditopang oleh 16 tiang.

Sedangkan pada pondasinya, rumah adat di Jawa Timur ini menggunakan bentuk umpic dengan tiang-tiang batu.

  • Rumah Adat Limas Trajumas Lawakan

Limas Trajumas Lawakan merupakan pembaruan dari gaya tradisional Limas Trajumas yang biasa ditemukan di Jawa Timur.

Adanya lantai atas yang mengelilingi bangunan menjadi ciri khas dari Limas Trajumas Lawakan. Kerajaan ini memiliki bentuk miring di atas atap tempat bangunan utama berada.

Bahan yang digunakan oleh Limas Trajumas Lavacan juga berbeda, menggunakan kayu berserat seperti glukosa, rosewood dan jati.

17. Rumah adat Kalimantan Barat: Rumah Panjang

Rumah adat di provinsi kalimantan barat ini berukuran besar dan terdiri dari dua bagian yaitu bangunan atas dan bawah.

Rumah ini sangat unik karena memadukan nuansa modern dan tradisional sekaligus. Arsitektur Rumah Panjang mengusung tema budaya tematik di beberapa sisi bangunan.

18. Rumah adat Kalimantan Timur : Rumah Lamin

Rumah lamin asal Kalimantan Timur tidak kalah uniknya. Gaya arsitektur dan luas bangunan yang unik menjadi ciri khas Rumah Lamin. Pada bagian atap rumah terdapat hiasan kepala naga yang terbuat dari kayu. Ada juga ukiran atau lukisan budaya yang unik di sisi-sisi bangunan.

19. Rumah adat Kalimantan Selatan: Rumah Bukit Tinggi

Menggunakan konsep platform dan terbuat dari kayu besi, tentunya rumah ini memiliki daya tahan yang kuat dan akan semakin kuat saat terkena air. Secara khusus, atap rumah ini memiliki sudut kemiringan 45 derajat. Sangat keren, bukan?

20. Rumah adat Kalimantan Tengah: Rumah Betang

Rumah Betang di Kalimantan Tengah seperti platform dengan penyangga kayu yang tinggi untuk mencegah banjir. Karena rumahnya sangat besar dan panjang, dapat menampung hingga 150 penghuni lol, Ruppers.

21. Rumah adat Kalimantan Utara: Balloy House

Rumah adat di provinsi kalimantan utara ini sangat istimewa lol, Ruppers. Bagaimana kalau rumah ini menghadap ke utara dan menghadap pintu utama, yaitu ke selatan.

Selain itu, rumah Baloy memiliki empat bagian, yaitu lamin dalom, ambir tengah, ambir kanan, dan ambir kiri.

22. Rumah adat Gorontalo: Rumah Dulohupa

Rumah mewah ini memiliki tiang-tiang kayu sebagai penyangga dan dekorasi. Di kiri kanan rumah terdapat tangga adat Gorontalo, tangga yang melambangkan Tolitihu.

23. Rumah adat Sulawesi Barat: Rumah Boyang

Rumah Boyang di Sulawesi Barat memiliki konsep seperti platform dengan menara pendukung. Dermaga tidak masuk ke tanah tetapi berdiri di atas batu datar sehingga rumah tidak jatuh.

24. Rumah adat Sulawesi Tengah: Rumah Sauraja

Rumah adat di Sulawesi Tengah ini memiliki tiga ruangan. Ruang pertama adalah ruang depan untuk menyambut tamu. Kamar kedua memiliki ruang tamu dan juga ruang tamu.

Ruangan ini memiliki tujuan, agar penghuni bisa lebih dekat satu sama lain. Untuk ruangan terakhir, ruangan rahasia.

25. Rumah adat Sulawesi Utara: Rumah Walawanko

Rumah Walawanko merupakan rumah adat yang mendominasi Sulawesi Utara. Seperti rumah adat provinsi lainnya, rumah Walewanko ini memiliki keunikan arsitektur dan visi yang sangat kental dengan adat istiadat penghuninya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *