Suku Banjar, Pembauran Masyarakat Daerah Aliran Sungai

Banjar (bahasa banjar: Urang Banjar adalah meloko yang tinggal di daerah Kalimantan Selatanbegitu juga yang lainnya Kalimantan Tengah dan lain-lain Kalimantan Timur. Banyak penduduk Suku Banjar juga dapat ditemukan secara lokal Riau, Jambi, Sumatera Utara le Semenanjung Malaysia karena migrasi Banjresse pada abad ke-19 Kepulauan Melayu.

Itu tergantung pada populasi 2010 Penduduk Banjar adalah 4,1 juta orang. Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggal di bagian lain Kalimantan dan 500.000 orang Banjar tinggal di luar Kalimantan.

Suku Banjar keluar Daerah Banjar yang merupakan campuran dari beberapa negara jarak air itu adalah Peralatan Air, DAS Barito, Taman air Martapura dan DAS Tabanio. Dari pusat budaya ini, suku Banjar telah melakukan perjalanan secara ekstensif dari berabad-abad yang lalu dengan migrasi sentrifugal atau dengan melompat katak ke berbagai bagian pulau Madagaskar.

Hasil tes DNA atau penelitian genetik secara bersamaan pada orang Malagasi modern dan orang Dayak Maanyan terbaru dari Tamiang Layang menunjukkan bahwa orang Malagasi bukanlah keturunan Dayak Maanyan, tetapi orang Malagasi secara genetik memiliki kesamaan genetik dan orang Banjar modern.
Peneliti multidisiplin dari Indonesia yang diwakili oleh 2 peneliti dari Eijkman Institute for Molecular Biology dan FK UI – termasuk Herawati Sudoyo -, Prancis, Selandia Baru dan Australia, menyimpulkan bahwa orang Banjar adalah nenek moyang orang Belanda.

Tim peneliti menganalisis 211 sampel DNA dari pendonor darah dewasa, 169 orang dari suku Dayak Maanyan dan 49 orang dari suku Dayak lainnya. Sebuah tim peneliti tahun lalu telah mengumpulkan DNA dari 266 penduduk Madagaskar dan membandingkan DNA mereka. Dari penelitian DNA dan etnis sebagai bahasa, ditemukan bahwa orang Banjar Kalimantan Selatan adalah orang yang paling cocok dari Madagaskar.

Melalui genetika, suku Banjar kuno didirikan ribuan tahun yang lalu dengan aliansi Melayu kuno menjadi sekutu utama dengan Dayak Maanyan. Suku Banjar, dengan genetika Melayu-nya, melakukan hal itu untuk bergerak keluar pulau kalimantan sekitar tahun 830 M atau 1.200 tahun yang lalu di alias Madagasikara Madagaskar diskon orang Malagasi.

Semalagasi menampilkan ciri-ciri bahasa Banjar dan Maanyan, misalnya varika dari warik (bahasa Banjar) dan rano dari kata Anda (bahasa Maanyan). Ritual kedua dari pemakaman agama Dayak Kaharingan disebut aruh untuk menatapditelepon Famadihana di Madagaskar.

Tapi di Madagaskar tidak ada festival Ijambe (bakar / bakar) dan semangat baharin/anal (festival panen) yang diadakan oleh masyarakat Dayak Kaharingan Kalimantan Selatan. Selain itu, ada tradisi memberi makan buaya di Madagaskar dan dipraktikkan oleh masyarakat Banjar Kalimantan Selatan.
Suku Banjar merupakan perpaduan Melayu kuno yang membawa bahasa Melayu dengan Dayak Barito-Meratus dari suku Melayu.

Dayak Manyan, Dayak Meratusdan beberapa luar biasa Dayak Ngaju terutama yang tinggal di bawah sungai (disebut Dayak Ngawa: Berangas, Mendawai dan Bakumpai).
Akhirnya, Dayak Abal (Suku Lawangan), hampir semua anggota sukunya bergabung dan bergabung dengan suku Banjar dan masuk Islam dan meninggalkan bahasa mereka.

Namun sementara mereka masih belum diketahui sebagai Dayak. Dan sebelumnya Dayak digunakan sebagai nama panggilan untuk penduduk asli Kalimantan.Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar memeluk dan memeluk Islam, seluruh penduduk Kerajaan Banjar dipaksa masuk Islam dalam jumlah besar, sehingga munculnya ras Banjar melalui kualitas keislamannya bukan hanya sekedar gagasan rasis tetapi juga. ideologi politik, sosial, dan agama.

Kelompok orang yang telah memeluk Islam ini disebut Oh masih oleh Dayak Ngaju or Ulun Hakey dalam bahasa Dayak Maanyan. berdasarkan Tjilik Riwut by “Bangunan, alam, dan budaya Kalimantan: 407” Jika pengunjung berikutnya mengatakan oloh, berarti pengunjung berikutnya adalah Muslim.

Bagi pengunjung Muslim, ayam hidup, telur dan sayuran akan diberikan kepada mereka untuk dimasak Tetapi beberapa penduduk setempat masih ingin mempertahankan agama suku mereka. Kaharingan memilih untuk pindah ke atas dan bawah lokasi saat ini Dayak Manyan le Dayak Meratus.

Pada zaman dahulu, suku Banjar merupakan bagian integral dari masyarakat bahari. Perjanjian tertanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah I dan VOC Belanda atas kekuasaan niaga VOC Belanda atas Kesultanan Banjar antara lain mengatur bahwa orang Nazaret tidak boleh berlayar berlawanan arah. Timur selama-lamanya Bali, Sumbawa, Lombokperbatasan di samping Barat itu tidak bisa lewat Palembang, Johor, Malaka le Belitung.

Sejak saat itu pangkalan angkatan laut orang Banjar sudah mulai berkurang, namun sisa-sisa udara laut orang Banjar masih bisa terlihat dalam kehidupan masyarakat Banjar di perairan Kalimantan Selatan.

Sumber : wikipedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *